Harga Murah, Petani Kelapa tak Memberikan Nilai Ekonomi Masyarakat

Petani Kelapa didesa Dandang saat ditemui media ini, diterangkan saat panen bahwa harga Kelapa sangat rendah. Foto : Gerryawan.

SKNEWS, PANDIH BATU – Sejumlah petani perkebunan kelapa mengaku merugi setelah harga kelapa mengalami penurunan harga dan permintaan, hasil melimpah dari kebun petani tak mampu lagi menembus pasar lokal sementara petani hanya mengandalkan penjualan ke luar wilayah.

Pulang Pisau merupakan penghasil kelapa terbesar untuk wilayah Kahayan Kuala dan Pandih Batu namun minimnya produksi pengolahan lokal tak memberikan nilai ekonomi untuk masyarakat khususnya petani kebun kelapa dan kini petani tak bisa lagi mengandalkan penjualan dalam kota sendiri.

Abah Atar contohnya, dalam setiap 4 bulan kelapa  miliknya sudah dapat dipanen namun dirinya kesulitan untuk melakukan penjualan sehingga buah kepala masak sering jatuh dengan sendirinya hingga tumbuh kembali biji yang berada dilokasi perkebunan dan hanya sedikit yang terjual bahwa pembelinya pun merupakan pembeli dari Kalimantan Selatan.

” Kelapa ini panen setiap 2 bulan bahwa sampai 4 bulan baru saya panen dan itupun hargnya kisaran 2.000 rupiah untuk kelapa ukuran super dan jika buahnya kecil maka bisa gak berharga, belum lagai hama monyet dan tupai sering mengganggu buah kepala kami dan ini berlangsung sangat lama baik harga dan pangsa pasar,” ucap Abah Atar.

Dirinya juga mengaku bahwa untuk menjual biji kelapa hanya mengandalkan penjualan ke luar daerah seperti Kalimantan Selatan namun itupun tak banyak permintaan sedangkan kebun miliknya semua tertanami kelapa dan sering tak ter panenkan sebab pembeli minim dan harga sangat murah.

Abah Atar mewakili petani Kelapa berharap pemerintah sedapat mungkin membuat pangsa pasar hasil perkebunan Kelapa mengingat diwilayah ini sangat melimpah dan sering tak termanfaatkan, lebih – lebih menurutnya lebih baik lagi jika ada pengolahan kelapa di daerah tersebut.

Dikatakannnya bahwa dulu ada pengolahan Hasil Kelapa menjadi minyak namun saat ini sudah tidak ada lagi sehingga yang diharapkan hanya menjual biji kelapa kupas ke daerah lain selebihnya jika tak terjual keluar maka kelapa akan terbuang sia – sia dan tak menutup kemungkinan kebun kepala akan berubah menjadi kebun sawit.*.*

Respon (61)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Content is protected !!