Suarakahayannews.com, JAKARTA – H. Edy Pratowo,S.Sos.,MM, bupati Pulang Pisau secara khusus menjadi tamu kehormatan TVRI Nasional di program Indonesia Bicara guna membahas secara khusus mengenai Ketahanan Pangan Nasional ditengah Cuaca Extstrem di Indonesia.
Dialog tersebut dilaksanakan secara live pada Jum’at ( 19/1/2021 ) melalui saluran khusus zoom metting dari rumah jabatan Bupati Pulang Pisau by studio TVRI Pusat Jakarta dan bersanding dengan narasumber guru besar dan kepala biotech center IPB university, Profesor Dwi Andreas Santoso.
Dilaog tersebut berlangsung selama 30 menit dengan topik yang saat ini lagi viral terkait program andalan presiden RI, Joko Widodo yakni Program Ketahanan Pangan Nasional yang dicanangkan untuk wilayah Kalimantan Tengah tepatnya di Pulang Pisau dan Kaouas.
H. Edy Pratowo sebagai tuan rumah Food estate memberi gambaran bahwa saat ini program pelaksanaan dilapangan sedang berjalan baik untuk sarana pendukung yakni insfrastruktur maupun pembinaan SDM petani dan semua yang terlibat didalamnya dalam melakukan upaya menuju etani modern dengan tarrget 2 tahun ( 2020 – 2021 ).
Menurut Edy bahwa untuk mecapai keberhasilan program tidak akan bisa secepat kilat ibarat membalik tangan namun program food estate adalah program jangka panjang dengan pengawalan yang baik disetiap perjalannya sehingga sangat normatif jika disepanjang perjalannya ada pasang surut kondisi termasuk kendala cuaca yang bisa datang di masa tanam tertentu.
Namun menurut Edy bahwa program ketahanan pangan adalah kesempatan istimewa bagi Kalimantan Tengah untuk membuka lahan secara intensif sebab dalam pelaksanaannya mendapat pembinaan khusus dari berbagai lembaga peneliti lingkungan dan penerapan teknologi pertanian.
” Food estate adalah berkah untuk Kalimantan Tengah sebab ini adalah peluang emas guna memaksimalkan sistem oleh lahan secara terpadu dan sangatenguntungkan petani dan masyarakat secara umum dengan peluang – peluang yang akan dihadapi,” katanya seraya menguraikan bahwa saat ini Pulang Pisau sudah berhasil dalam kuasa lahan yang mencapai hampir 10 ribu hektar lahan produktif.
Sementara itu, profesor Andreas Santosa memberikan gambaran bahwa pertanian adalah milik petani dan petani lah yang tau dan bisa memberikan jawaban apa yang harus dilakukan dilapangan baik itu cuaca dan teknologi sebab pemerintah melalui tim ahli pertanian sifatnya hanya membimbing dan mensuport sarana prasara yang pada akhirnya petani adalah penentu keberhasilan dilapangan.
Cuaca adalah hal yang memang menjadi sesuatu dan ada disetiap perjalanan petani dalam melakukan olah lahan, gelombang pasang surut hasil juga mengiringi hasil panen namun secara rata – rata nasional jika petani telah menghasilkan 4 ton setiap hektar itu adalah normatif capaian.
Cuaca ekstrem kerap melanda di Indonesia yang hal tersebut berlaku secara nasional sehingga tidaklah berlebihan bahwa semua area lahan petani pernah ada catatan baik dan buruk disetiap masa.tanam dan panen termasuk hama dan lainnya adalah warna petani.
Sebagai catatan kepada pemerintah kata profesor Andreas bahwa yang perlu dijaga adalah fluktuasi harga gabah yang saat ini mengalami penurunan sejak September 2020 dan kehadiran pemerintah diharapkan harus memberikan solusi bagaimana harga ini bisa ditekan, dicontohkan di Magelang harga gabah 3.900 ini akan berdampak buruk bagi petani ditambah musim basah akan sangat dirasakan dampak ekonominya.
Dialog berdurasi 30 menit ini mengerucut dengan disebut bahwa pangan secara nasional tidak akan terjadi krisis bahwa awal pandemi adalah puncak produksi pangan dunia namun di saat pandemi covid 19 melanda kondisinya harga pangan drop sehingga diperlukan pertahanan ketersediaan pangan nasional serta saat ini distribusi logistik pangan nasional masih lancar.
Ditambahkan Edy di penutup bahwa kehadiran food estate akan menghapus pertanian sistem ijon dan permainan tengkulak sebab dengan pengelolaan terstruktur semua masalah dilapangan akan teratasi namun pemerintah memang harus hadir menyiapkan sarana prasarana lapangan sehingga food estate tersebut akan mendatangkan manfaat bagi masyarakat secara umum serta walau dalam 1 tahun memang belum bisa dikatakan berhasil dan tahapan yang terjadi tentu akan diikuti perkembangannya.( sr/red )