FKPT dan BNPT Tanamkan Nilai Toleransi Sejak Dini

  • Bagikan
Sekretaris FKPT Fajar Sriningsih, narasumber dari BNPT RI Sub Koordinator Partisipasi Masyarakat, Maira Himadhani, pendongeng Nasional, Indra Bawole, dan pihak terkait berfoto bersama. Foto: TIM SK_News

SKNews, Kasongan – Dalam upaya meminimalisir masuknya paham radikalisme dan mencegah aksi terorisme, Forum Koordinasi Pencegahaan Terorisme (FKPT) dan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Provinsi Kalimantan Tengah, edukasi dan tanamkan nilai toleransi sejak dini.

Dalam aksi terorisme anak adalah korban, sehingga masuk dalam kelompok rentan. Anak justru dapat dilibatkan sebagai agen perubahan untuk mengajak dan melakukan edukasi kepada teman sebayanya, agar tidak terpapar paham radikalisme dan mencegah aksi terorisme.

Hal itu disampaikan Ketua FKPT Provinsi Kalimantan Tengah, Prof Khairil Anwar, dalam sambutan tertulisnya yang disampaikan Sekretaris FKPT Fajar Sriningsih, dalam kegiatan Salam Anak Indonesia, di Sekolah Dasar (SD) Negeri 4 Kasongan Lama, Kabupaten Katingan, Kamis,  (31/8/23).

Kegiatan yang mengambil tajuk Aku Bangga Menjadi Anak Indonesia dalam pencegahan Radikalisme dan Terorisme di Masyarakat, digelar antara FKPT dan BNPT. Hal itu untuk bersama-sama mencegah muncul dan berkembangnya paham dan aksi radikal terorisme di mulai dari SD.

Kegiatan yang digelar tersebut menghadirkan narasumber BNPT RI Sub Koordinator Partisipasi Masyarakat, Maira Himadhani, dan pendongeng Nasional, Indra Bawole.

“Partisipasi anak-anak Indonesia dalam serangan teroris sekarang atau di masa depan, sebagian dapat dikaitkan dengan indoktrinasi,” kata Fajar.

Ia menjelaskan, proses indoktrinasi dilakukan pada anak-anak melalui jalur keluarga. Anak-anak yang harusnya menikmati masa kecil, diajak ikut sepaham dengan kelompok terkecilnya yaitu keluarga. Indoktrinasi dalam keluarga merupakan suatu hal yang berbahaya. Seorang anak hanya mempercayai kedua orang tuanya, tanpa curiga terjerumus dalam aksi terorisme.

Selain itu, Anak-anak dapat menjadi radikal, karena terdoktrinasi melalui lembaga/institusi. Indoktrinasi pada anak yaitu proses pembujukan kelompok tertentu, orang tua ataupun platform online lainnya. Indoktrinasi melalui sekolah-sekolah atau pesantren dilakukan guru-guru yang sudah terpapar radikalisme.

“Kami berupaya menanamkan nilai-nilai Pancasila dan toleransi terhadap sesama sejak usia dini. Itu untuk pencegahan masuknya paham radikalisme kepada anak,” tegas Fajar.

Ia mengungkapkan, melalui kegiatan Salam Anak Bangsa Aku Bangga Menjadi Anak Indonesia, paling tidak bisa mendorong guru dan anak usia SD, senantiasa menanamkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan di sekolah maupun di masyarakat dan menghargai kemajemukan bangsa.

Kemudian, lanjutnya, menjadi anak-anak yang senantiasa bersifat toleran terhadap kemajemukan dan menghargai budaya bangsa. Kegiatan merupakan salah satu upaya untuk menangkal radikalisme terorisme pada anak usia pendidikan dasar di Kalteng, khususnya di Kabupaten Katingan.

Sementara, Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Katingan, Feriso mengungkapkan, apresiasi atas pelaksanaan kegiatan. Apalagi BNPT bersama FKPT Kalteng telah mempercayakan Kabupaten Katingan sebagai tempat kegiatan. Tentunya kegiatan sangat bermanfaat untuk menumbuhkan nilai-nilai toleransi kepada anak.

“Kita harapkan dengan pendekatan kepada anak-anak di SD, mengajarkan secara dini untuk menghargai, menghormati, dan saling mengasihi satu sama lain,” tegasnya. *.*

  • Bagikan

Respon (2)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Content is protected !!