Berpacu Meraih Suara dalam Pemilu

Ilustrasi Skema cara menentukan sikap untuk memilih pemimpi. Foto : ilustrasi SK News

CATATAN REDAKSI – Pemilu 2024 menjadi ajang pesta demokrasi 5 tahunan, dalam kontestasi politik ini taruhannya adalah siapa dekat dia akan dapat, siapa cepat dia akan melekat.

Pemilu 2024 merupakan agenda meraih simpati masyarakat agar menjadikan hati semakin terpikat, lalu apa yang harus dipahami para politikus dan apa yang harus diterjemaah oleh masyarakat.

Pertanyaan penting tatkala sebuah pilihan hati harus ditambatkan pada seseorang atau calon yang namanya akan tercetak dalam kertas surat suara, ini adalah gambaran penting dan saat yang tepat bagi keduanya belajar dan memahami teori politik secara utuh.

Pemilih dan calon pemilih adalah seseorang yang mersa senang kepada seseorang dan pada akhirnya nanti akan menjatuhkan pilihan kepada orang tersebut, lalu apakah ada jaminan jatuh hati dijauh hari atau terpikat karena waktu sudah dekat ?

Jangan gegabah menentukan pilihan, karena kita sendiri sering tidak pernah bertemu langsung dengan calon dan nama seseorang yang kita kenal, apalagi kita kenal karena dikenalkan orang lain.

Dengan belajar sabar kita akan bertemu dengan sebuah kabar yang benar, dengan bersabar kita akan mendapatkan pilihan hati yang benar dan tentu memberikan dampak terbaik atas sebuah pilihan.

Sistem pendidikan politik masyarakat di Indonesia sering kita pahami bahwa tidak ada pemahaman politik yang luas bagi calon pemilih, calon pemilih dituntut untuk belajar sendiri, mendengar sendiri dan efek media sosial sangat penting menjadi pengaruh besar.

Seorang politikus akan berangkat dari sebuah keinginan dan harapan sehingga setiap pesta demokrasi datang banyak yang beranggapan dia bisa dan pasti bisa dengan menyediakan sejumlah uang, pertanyaannya kapan kita memberikan uang tersebut, lalu jika melalui oarang sebut saja tim sukses apakah tepat orang yang akan kita pilih.

Peraturan dan kampanye anti politik uang sangat gencar,namun dibalik itu apakah kampanye tersebut dipatuhi masyarakat dan apakah para politikus juga mendengarkan larangan politik uang, dan inilah yang membuat biaya demokrasi mahal dan harus dibayar mahal.

Sampai kapan ?

Jawabnya ada dipikiran kita semua, sejauh mana kita mampu menahan diri untuk tidak gegabah dan cepat memutuskan sebuah pilihan, kita harus cermat dan berpikri sehat serta berkaca dari pengalaman yang kita pahami selama ini.

Semoga pemilu 2024 menjadi sarana kita untuk melihat lebih dekat sosok calon pilihan pemimpin kita, bukan soal teman dekat, keluarga dekat, ajakan menerima suap, namun pemilu 2024 harusnya menjadikan kita menjadi lebih dewasa dalam memilih seseorang karena keilmuannya, kecakapannya, ketrampilannya, ketokohannya serta daya pikir, daya serap dan daya pacu untuk kemajuan daerah.

Demikian catatan Redaksi Pekan ini. sampai Jumpa di Catatan Pekan depan.

Respon (97)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Content is protected !!