Antusiasme Masyarakat Dukung Uji Klinis Vaksin COVID-19

  • Bagikan
Dialog Produktif secara Virtual yang bertemakan Kelanjutan Uji Klinis Vaksin COVID-19" yang bertempat di Media Center Komite Penanganan COVID-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPCPEN), Rabu (21/10/2020).

Suarakahayannews, JAKARTA – Sebanyak 2.200 orang pendaftar ikut berpartisipasi guna pengembangan Vaksin COVID-19 dalam rangka Pemulihan Ekonomi Nasional ( KPCPEN ), sementara jumlah tersebut melebihi target yang diharapkan tim uji klinis dari hasil kerjasama dengan Bio Farma dalam pengembangan Vaksin Sinovac yang hanya berjumlah 1.620 orang sehingga ini menunjukkan bahwa antusias masyarakat Indonesia dalam kontribusi menjadi relawan Vaksin COVID-19 sangat besar.

Hal tersebut disampaikan oleh Ketua Tim Riset Uji Klinis Vaksin COVID -19 Universitas Padjadjaran, Profesor Dr. Kusnandi Rusmil dalam Dialog Produktif secara Virtual yang bertemakan Kelanjutan Uji Klinis Vaksin COVID-19″ yang bertempat di Media Center Komite Penanganan COVID-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPCPEN), Rabu (21/10/2020).

Menurutnya tidak semua pendaftar langsung bisa menjadi relawan namun ada protokol yang sangat ketat diterapkan guna menyaring peserta yang memenuhi persyaratan seperti halnya diperuntukkan bagi orang sehat dengan kisaran umur 18 – 59 tahun dengan terlebih dahulu melakukan pemeriksaan, rapid test dan swab kemudian dinyatakan negatif dan selanjutnya berjarak tiga hari baru dilakukan imunisasi dengan pengambilan sample darah sebelumnya.

Selanjutnya dalam jangka 14 hari dilakukan penyuntikan ke-dua sambil menunggu waktu 3 dan 6 bulan kemudian baru dilakukan pengambilan darah ulang, sementara itu dari 1.620 peserta akan diperiksa kesehatannya serta reaksi tubuh terhadap vaksin yang telah disuntikkan kepada peserta tersebut.

“Syarat yang diberikan hanya pada orang-orang sehat berumur 18 – 59 tahun kita pemeriksaan dulu, rapid test dan swab test, kemudian dia negatif, tiga hari kemudian dia datang kita berikan imunisasi,  sebelumnya kita ambil darahnya dan empat belas hari kemudian disuntik lagi yang kedua. Kemudian tiga bulan kemudian diambil darah (lagi), enam bulan kemudian diambil darah,” terang Prof Kusnandi.

Selain melakukan uji klinis pada peserta, Tim peneliti dari Universitas Padjadjaran juga memantau kualitas vaksin yang dikembangkan oleh Bio Farma dalam periode yang berbeda. “Kita juga melihat batch consistency. Kita melihat beberapa vaksin yang dibikin Bio Farma itu pada bulan-bulan yang berlainan sehingga kita lihat apakah konsisten apa tidak hasilnya,” tutur Prof Kusnandi.

Hasil Uji Klinis inilah yang akan menjadi pegangan Badan Pengawas Obat dan Makanan (Badan POM) untuk mengeluarkan Emergency Use Authorization (EUA) ataupun persetujuan kelayakan penggunaan vaksin ke masyarakat. “Oleh karena itu, kami sangat berharap bahwa data uji klinik fase ketiga ini dapat memberikan pembuktian bahwa vaksin tersebut berkhasiat dan aman. Kami akan melihat tuh datanya, keamanannya bagaimana, persentase kejadian efek samping dan sebagainya seberapa besar. Kemudian paling penting juga adalah khasiatnya bagaimana,” ujar Dr. Lucia Rizka Andalusia, Apt. M.Pharm, MARS, Direktur Registrasi Obat Badan POM. Tim Uji Klinis Vaksin Covid-19 dari Universitas Padjadjaran memang sudah mempunyai riwayat kredibilitas dalam melakukan uji klinik vaksin. (sr/red ) (PEN/VNP/XXX)

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Content is protected !!